Jumat, 31 Juli 2009

Makam Mbah Jago

Kekusyukan Haul Mbah Jago

SYAHADAD ain yang dilafalkan berulang-ulang itu menciptakan ekstase
ribuan orang yang memadati pelataran Masjid Nurul Huda, Dukuh Jago Wringinjajar,
Mranggen Demak, Senin malam.

Pembacaan doa yang dipimpin KH Baqoh Abdul Hamid dari Pondok Pesantren
Budu Kajoran Magelang ini adalah bagian dari acara haul Mbah Shodik Jago,
seorang tokoh yang dipercaya masyarakat sebagai keturunan dan menurunkan
ulama-ulama besar tanah Jawa.

Eyang buyutnya adalah Ki Ageng Tembayat, sedangkan silsilah ke bawahnya
akan sampai pada KH Muhammad Hadi Girikusumo.

Masyarakat meyakini Mbah Jago sebagai seorang aulia yang berjasa melakukan
syiar Islam di daerah itu pada masa lalu.

Sebutan Jago berasal dari nama dukuh tempat dia bermukim, Dukuh Jago.
Hal ini lazim dilakukan oleh masyarakat Jawa pada masa lalu.

Mengenai awal mula adaya acara haul ini, H Abdullah (68), seorang tokoh
masyarakat menuturkan, keberadaan makam Mbah jago merupakan petunjuk dari
gurunya, KH Achmad bin Abdul Haq, ulama dari Watucongol Magelang.

Di dekat makam Mbah Thohir dan Mbah Irsyad di Dukuh
Jago terdapat makam Mbah Shodik Jago.

Letaknya ditandai oleh tumbuhnya bunga wariban. Mendapat petunjuk tersebut,
bersama masyarakat, Abdullah kemudian membangun makam Mbah Jago.

Sejak saat itulah haul Mbah Jago mulai dilaksanakan. Semula pada
bulan Bakdamulud dilakukan secara kecil-kecilan. Baru pada tahun 2000 warga
bersepakat melaksanakan haul Mbah Jago pada hari Selasa Kliwon bulan Sura
dan dirayakan secara meriah.

Arwah Jama

Selepas shalat isya, masyarakat mulai berbondong-bondong memasuki
kompleks masjid yang di belakangnya terdapat makam Mbah Jago. Mereka sebagian
besar berasal dari Desa Wringinjajar dan desa-desa di sekitarnya.

Di tempat tersebut mereka berziarah bersama dengan membacakan doa. Sebagai
puncak acara, malam harinya dilaksanakan pengajian akbar oleh KH Baidlawi
dari Bangsri Jepara. Hadir dalam kesempatan tersebut pengasuh Pondok Pesantren
Girikusumo KH Munif Zuhri.


Di antaranya untuk Mbah Jago dan dua tokoh yang dimakamkan di dekatnya,
yaitu Mbah Thohir dan Mbah Irsyad.

Dalam acara tersebut, masyarakat juga dipersilakan menuliskan nama anggota
keluarga yang telah meninggal untuk ikut dibacakan (dijamak) sang kiai.

4 komentar: